Cinta Terjebak Jalan Bobrok

Cinta Terjebak Jalan Bobrok

Panggil saja namaku Dimas. Asalku dari Bandung. Menjadi mahasiswa semester akhir di salah satu Universitas di Sumedang. Banyak lika-liku yang membuat pilu dalam hidupku. Dari mulai mengejar tanda-tangan dosen penguji, hingga jodoh yang belum muncul dalam hidupku. Kepiluan itu, menjadikan motivasi yang timbul dari dalam diri; untuk liburan.

Seperti sebuah kebutuhan bagiku untuk mengetahui hal-hal baru yang ada di Sumedang. Anggapan empat tahun di Sumedang, yang setidaknya hafal dan pernah mengunjungi kecamatannya. Sering memenuhi pikiranku. Toh, Sumedang ini hanya sebuah kota kecil. Aku mendengar dalam bahasa Sunda biasanya disebut “Kota leutik camperenik”.  Penat serasa telah memenuhi otak. Dengan mengajak kedua teman, aku pergi ke salah satu kecamatan di Sumedang; Conggeang.

Dua motor berjalan, aku bawa motor sendiri dan satu motor yang digunakan kedua temanku. Sumedang ke Conggeang dapat kita tempuh sekitar 45 menit. Ada sebuah Desa unik bernama Babakan asem. Sesuai dengan pencarianku di Google, desa itu unik terhampar seperti padang rumput yang eksotis. Untuk dapat ke sana, sekiranya mesti menempuh waktu sekitar 30 menit lagi. Terlebih jalan menantang yang harus dilaluinya. Melihat cuaca pagi yang cerah, tantangan menjadi layaknya sebuah sarapan.

Sampai di alun-alun kota Conggeang pada jam sembilan pagi. Kami istirahat sebentar menikmati indahnya alun-alun bersama secangkir kopi. Berbincang-bincang sebentar sambil menyeruput kopi hangat. Di tambah pemandangan langit cerah Conggeang, menambah semangat kami untuk meluncur ke sana. “Gass” menjadi kata yang memulai lagi perjalanan. Perjalanan mulai terasa menantang ketika meninggalkan alun-alun kota Conggeang. Jalan bergelombang membuat motor tergoncang. Badan serasa mengampul dari jok hingga membuat motor tidak seimbang. Itu semua memang menjadi sebuah tantangan.