Kota, KORSUM.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumedang, memastikan program G1R1J atau Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (Juru pemantau jentik)
salah satu kunci untuk untuk mencegah timbulnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan, Dadang Sulaiman mengatakan, memasuki awal tahun 2020 ini, pihaknya belum menerima laporan adanya korban. Namun, dengan tidak adanya pelaporan yang masuk terkait masyarakat yang terjangkit penyakit DBD, pihaknya tak lantas berdiam diri. Melainkan saat ini sedang gencar melakukan pencegahan.
Adapun berbagai upaya yang sudah dilakukan dalam rangka melakukan pencegahan DBD yaitu, melakukan penyelidikan epidemiologi kasus Dan analisa hasil PE (Fogging atas indikasi), Peningkatan penyuluhan dan peran serta masyarakat, Surat Edaran Bupati, Sekda dan Kepala Dinas Kesehatan tentang peningkatan kewaspadaan dini terhadap penyakit DBD dengan meningkatkan Pembebasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 M Plus dan kegiatan Jumsih di seluruh SKPD dan Masyarakat, Koordinasi lintas program dan lintas sektoral dan Peningkatan akses dan mutu layanan kesehatan.
“Upaya ampuh untuk pencegahan penyakit DBD yaitu adalah PSN 3 M Plus dan kegiatan Jumsih di seluruh SKPD dan Masyarakat. Selain itu juga program G1R1J juga sebagai salah satu kunci untuk melakukan pencegahan wabah DBD. ” ucapnya pada sejumlah wartawan di ruang rapat Dinkes Sumedang, Kamis (16/1).
Sementara indikasi diadakannya Fogging, Sambung Dadang, yaitu bila ditemukan satu atau lebih penderita infeksi dengue (dibuktikan dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu hasil serologis positif dengue), selain itu bila ditemukan tiga penderita suspek infeksi Dengue dan angka bebas jentik lebih dari 95% dari jumlah bangunan atau rumah yang diperiksa.
“Untuk Fogging sendiri dilakukan dengan didahului oleh kegiatan penyuluhan, PSN 3 M PLUS dan Larvasida. Dan Fogging itu hanya membunuh nyamuk yang besar, tidak membunuh jentik,” ujarnya.
Selain itu, imbuh Dadang, salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinkes saat ini yaitu menempatkan Perawat Pembina Desa yang tersebar diseluruh desa di Kabupaten Sumedang.
“Jadi, keberadaan perawat pembina desa itu untuk terus memantau dan mendata masyarakat, dengan mendatangi langsung ke setiap rumah. Dengan begitu semua data masyarakat bisa terekam semua, sehingga bisa diketahui data kesehatan masyarakat,” tandasnya
Ditempat yang sama Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumedang, dr. Reny Kurniawati Anton mengatakan, untuk kasus terbanyak penderita DBD berdasarkan dari data pada tahun – tahun sebelumnya yaitu terdapat di Kecamatan Jatinangor, Sumedang Selatan, Kelurahan Situ dan Kecamatan Cimalaka.
“Umumnya penderita terbanyak, terjadi di wilayah wilayah yang padat penduduk. Dan penderita tertinggi rentang pada usia 15 – 44 tahun,” ucapnya.
Reni menambahkan, untuk kasus penderita DBD dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan, selain itu juga semua kasus dapat terekam dan tertangani dengan baik oleh Dinkes Sumedang.
“Alhamdulillah, pada tahun 2019 mengalami penurunan, dan itu berkat upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah, yang kembali menggalakkan Jumat bersih di seluruh lapisan masyarakat, sehingga bisa mencegah terjadinya wabah DBD. Dan kita juga berharap ke Masyarakat agar terus menggalakkan program G1R1J, sehingga Jumantik bisa terus memantau terus keberadaan jentik disetiap rumahnya,” tandas Reni. **