KORSUM.ID – SUMEDANG. Rangkaian kegiatan Safari Ramadan Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) Daerah Priangan ditutup dengan kegiatan Gelar Budaya yang dipusatkan di Lapangan Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyyah Sukamantri Tanjungkerta Sumedang, Senin (25/4/22).
Para pengisi acara berbentuk talkshow tersebut antara lain Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir yang juga cucu ulama kharismatik Sumedang Mama Syatibi, Ketua PWNU Jawa Barat dan juga Ketua Himasal Jabar KH. Juhadi Muhammad, Nonoman Keraton Sumedang Larang Raden Lucky Djohari Soemawilaga dan Pimpinan Pesantren Al-Hikamussalafiyyah KH Sa’dulloh.
Adapun tema yang diambil yaitu “Sejarah Perjuangan Tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama dalam Menyebarkan Agama Islam lewat Budaya di Sumedang”.
Bupati mengapresiasi kegiatan Himasal yang sebelum menjelang mengabdi langsung di masyarakat, terlebih dahulu melakukan “KKN” atau orientasi lapangan dalam bentuk Safari Ramadan.
“Safari Ramadan ini menjadi pembiasaan dan melihat kondisi riil di lapangan bagaimana melakukan pengabdian. Karena akan beda ketika di pondok dengan di masyarakat. Tentunya perlu ada adaptasi, penyesuaian dan pelatihan,” ucapnya.
Menurutnya, apa yang dilakukan Pesantren Lirboyo agar santrinya bisa berdayaguna dan berhasil guna ketika hadir di tengah-tengah masyarakat sangat sistematis.
“Tujuannya memberikan kemanfaatan bagi masyarakat, menjadi bagian solusi di tengah-tengah masyarakat dan itu semua dilakukan dengan upaya-upaya sistematis. Ada pendidikan di pondok pesantren dan berbagai teori didapatkan, lalu bagaimana ilmu-ilmu tersebut diamalkan di tengah-tengah lapisan masyarakat” ujarnya
Berkaitan dengan budaya, Bupati mengenang perkataan Almarhum Gus Dur yang menyebutkan budaya akan menghaluskan budi dan rasa.
“Saya ingat benar perkataan itu. Dengan seni dan budaya, akan menghaluskan budi dan rasa. Kalau budi dan rasa bisa halus, insyaallah hati kita akan bisa membedakan mana yang hak mana yang batil. Kalau hati kita bisa membedakan yang benar dan yang salah, akan tegak lurus menegakkan ‘amar ma’ruf nahyi munkar’ itulah dari seni dan budaya” Ucapnya
Bupati juga menceritakan kisah kakeknya yang menjadi tokoh dan pendiri NU di Sumedang.
“Sekitar Tahun 1925 Mama Syatibi yang sedang mondok di Pesantren Sukamiskin diminta oleh Dalem Bintang, Bupati kala itu, untuk mengajarkan anak cucunya mengaji. Tempat beraktifitasnya di masjid dan rumahnya di Kaum,” ucapnya.
Lebih lanjut kata Bupati, sekitar 1930-an Mama disuruh untuk memegang NU Kabupaten Sumedang atas perintah Mama Sukamiskin.
“Infonya Mama Falah yang mengantarkan surat dari Sukamiskin kepada Mama Syatibi yang isinya instruksi untuk membentuk NU. Mulailah NU berkembang di Kabupaten Sumedang,” ujarnya.
Ia pun banyak mendengar cerita perjuangan Mama Syatibi dari para kiyai terdahulu dalam dakwah yang luar biasa dengan penuh keiklasan.
“Sampai jalan kaki nikreuh ketempat-tempat dakwah di Kabupaten Sumedang. Jadi itu kekuatan dakwahnya dulu. Karena jarang mobil, Mama sampai menginap. Dakwah ke daerah Baratnya ialah Cilayung, Cileles, Tanjungsari. Daerah Timurnya, Darmaraja dan sekitarnya. Itu dilakukan secara konsisten,” katanya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Sumedang menjadi lokasi berlangsungnya Safari Ramadan Himasal Daerah Priangan yang tersebar di beberapa desa yang ada di Kecamatan Tanjungkerta.