Bantu Pemulihan Ekonomi, ITB dan Unjani Gelar Pelatihan Otomasi Bagi Petani Melalui Jaringan Internet

Sumedang, KORSUM – Dalam rangka membantu masyarakat khususnya petani dalam bidang Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), serta sebagai bentuk Program Pengabdian Masyarakat (PPM).

Prodi Rekayasa Pertanian SITH ITB, Prodi Fisika Teknik Fakultas Teknik Industri (FTI) ITB, CITA ITB dan Jurusan Elektro Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani) Cimahi membuat alat pengatur suhu dan kelembaban secara otomatis untuk kelompok pertani hidroponik di Cipacing Jatinangor dan komunitas hidroponik Cimahi.

Acara yang digelar di MTS Darul Hufad Hidroponik Farm di Dusun Bojong RT 03 RW 15 Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor dan di Cimahi itu mendapat antusias dari para peserta pelatihan yang berasal dari dua kelompok tani di Jatinangor, Sabtu (19/6/2021). Sedangkan untuk kelompok tani di Cimahi dilaksanakan Minggu (20/6/2021).

Ketua Pelaksana, Dr. Aep Supriyadi, Ir., MP. (SITH ITB) didampingi Ir. Estiyanti Ekawati, MT. Ph.D. (FTI ITB) mengatakan pelatihan itu bertujuan membantu petani ditengah pandemi Covid 19. Juga membantu petani dalam rangka meningkatkan pendapatan hasil tani dengan menerapkan sistem Otomasi di operasi pertanian.

“Berangkat dari semakin pesatnya teknologi, kami dari perguruan tinggi tergerak untuk menyampaikan penerapan teknik kontrol untuk otomasi operasi pertanian menggunakan internet. Pelatihan otomasi tersebut juga diperagakan langsung oleh 3 orang mahasiswa dari teknik fisika dan 3 orang mahasiswa dari Rekayasa Pertanian. Teknologi ini kita kembangkan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi petani, memudahkan pekerjaan, meningkatkan efisiensi waktu dan biaya,” ujarnya.

Menurutnya, otomasi dapat dibuat dan diaplikasikan sesuai kebutuhan dan permasalahan yang ada di lapangan. Sebagai contoh untuk tanaman hidroponik sistem rakit terapung seperti di Cipacing ini kadar oksigen dalam larutan untuk suplai ke perakaran bisa rendah atau suhu terlalu panas. Nah dengan alat pompa mikrobubble itu bisa membantu meningkatkan aerasi dan oksigen. Pada pelatihan ini dibuat pengaturan suhu dan kelembaban secara otomatis menjaga dalam keadaan optimum. Bila kondisi mencapai batas ideal alat pengatur mati dan bila kondisi turun mencapai batas minimal maka alat pengatur secara otomatis hidup.

“Dengan menerapkan alat ini maka petani terbantu dan dapat mengurangi tenaga kerja. Alat ini dapat dioperasikan dari jarak jauh dengan menggunakan jaringan internet dan disetting menggunaka smart phone, sehingga petani menjadi semakin mudah,” paparnya.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dibentuk dari gabungan dosen bidang Instrumentasi dan Kontrol di Fakultas Teknologi Industri ITB, dosen bidang Rekayasa Pertanian di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, serta dosen Program Studi Teknik Elektro UNJANI yang bekerjasama menjalankan pendidikan dan penelitian bidang otomasi pertanian dalam wadah Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi (PTIO) ITB.

Menurut Aep bidang pertanian dan perkebunan adalah tulang punggung kesejahteraan suatu bangsa. Konsumsi dan distribusi pasokan bahan pangan dan kesehatan yang hasil aktivitas pertanian dan perkebunan merupakan salah satu penggerak ekonomi masyarakat. Agar pertanian lebih mensejahterakan petaninya, maka perlu dibangun sistem yang memungkinkan pengoperasian yang lebih akurat dan efisien, baik pada lahan sempit atau pada lahan yang lebih luas.

“Sistem otomasi dapat mengurangi jumlah personil, dan mengurangi biaya operasional khusus biaya tenaga kerja yang bisa mencapai 30% dari biaya total. Otomasi pertanian dapat dilakukan pada berbagai aspek kegiatan budidaya pertanian, seperti pengolahan tanah, penanaman, pemberian air (irigasi), pemupukan dan pengendalian hama penyakit (organisme pengganggu tanaman),” ujarnya.

“Penerapan sistem otomasi pertanian membantu pelaksanaan operasi kegiatan usaha pertanian lebih baik. Pemberian air dan nutrisi menjadi lebih akurat, dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga hasil dan produksi bisa maksimal,” ujarnya.

Irvan Budiawan ST MT didampingi Dede Irawan Saputra, S.Pd.,MT. dari Unjani menambahkan kemampuan teknis pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan sistem otomasi pertanian di kalangan kelompok tani perlu selalu dibangun melalui pembinaan yang reguler dan sistematis.

Dukungan perangkat dan pelatihan sangat dibutuhkan untuk membangun kader yang menyadari pentingnya sistem otomasi dalam menunjang efisiensi operasi pertanian di lahan sendiri serta komunikasi dan koordinasi antar lahan.

“Setelah kesadaran ini terbentuk dan sistem otomasi menjadi bagian inheren dalam aktivitas pertanian, maka keberlangsungannya akan terpelihara dan terus berkembang. Upaya menyiapkan ketersediaan SDM yang memiliki keterampilan membangun sistem otomasi pertanian, khususnya dalam kelompok tani, dibutuhkan suatu bentuk pelatihan pembuatan Sistem Otomasi Pertanian yang secara berkala, sistematis juga melibatkan ahli dan teknisi yang berpengalaman. Melalui pelatihan tersebut dapat dihasilkan kader tani yang memiliki keahlian dalam membangun dan memelihara sistem otomasi pertanian, khususnya di wilayah Jatinangor dan Cimahi, Jawa Barat,” katanya.

Oleh karena itu, untuk program Pengabdian kepada Masyarakat dari LPPM ITB kami memilih topik Otomasi Pertanian untuk kelompok tani Jatinangor dan Cimahi. Pelatihan ini dilaksanakan secara hybrid daring yang dilaksanakan Jumat (18/06/21) dan pertemuan fisik untuk melatih kader kelompok tani dalam membangun sistem otomasi yang dapat diaplikasikan pada lahan pertanian terbatas di tempat tinggal masing-masing. Pertemuan fisik di kelompok tani Jatinangor dilaksanakan Sabtu (19/06/21) dan untuk kelompok Cimahi Minggu (20/06/21).

“Pelatihan ini bersifat memberikan kompetensi dasar, yang ditujukan untuk membangun kesadaran untuk membentuk jaringan (“training of trainer”) dan selanjutnya bergulir ke pembinaan sistematis hingga mencapai kemampuan stratup pada periode-periode selanjutnya,” bebernya.

Pelatihan diadakan dalam bentuk praktek terbimbing secara hybrid daring dan tatap muka, dengan kurikulum yang sistematis. Kurikulum dirancang untuk secara cepat memberikan pengalaman membangun sistem otomasi dalam bidang pertanian, yang kemudian dengan mudah dikembangkan untuk berbagai aplikasi pertanian yang lebih kompleks.

Manfaat atau outcome dari pelatihan ini diharapkan peserta menjadi kader “agent of change” yang dapat membangun sistem otomasi pertanian pada lahan pertaniannya.

Sementara itu perwakilan petani, Jalaluddin mengatakan sangat terbantu dengan adanya pelatihan dari ITB dan Unjani tersebut. Sebab, bisa menambah wawasan petani sekaligus petani juga bisa berpikiran milenial seperti menggunakan android dan aplikasi untuk mengukur suhu dan kelembaban udara.

“Secara otomatis bisa membantu tingkat produksi dan kualitas hasil tani. Juga bisa mengurangi tenaga kerja yang lebih efisien dan lebih hemat mengurangi biaya produksi,” tandasnya.