Kementerian ATR/BPN Sebut Bangunan Liar Bukan Penyebab Banjir Bandang di Citengah

KORSUM.ID – SUMEDANG. Bencana banjir bandang di Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan yang terjadi pada hari Rabu, (4/5/2022), bukan disebabkan alih fungsi lahan dengan adanya bangunan liar. 

Demikian pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Dirjen Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang Kementerian ATR/BPN Budi Situmorang, saat di wawancara di Gedung Negara, Selasa, (10/5/2022).

“Kita sudah analisa, isu bangunan liar bukan menjadi penyebab banjir bandang. Itu lebih disebabkan curah hujan yang tinggi ditambah longsoran di hulu sungai sehingga tidak kuat menampung,” ujarnya.

Budi menyebutkan, meski bukan penyebab banjir, bangunan liar yang ada saat ini melanggar Permen PUPR Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Garis sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau.

Kaitan hal itu, pihaknya secara persuasif menyarankan dilakukan pengaturan kembali agar bangunan tidak dekat dengan badan sungai. Jika masih membandel, kata dia, pihaknya akan tindak tegas dengan membongkar bangunan atau dipidanakan.

“Saat ini sudah dihentikan sementara oleh bupati karena ada nyawa yang hilang. Harus ada ijin, kalau tidak ada ijin kita persuasif supaya dilakukan evaluasi, kalau masih ngeyel kami tindak tegas, kita bongkar atau dipidanakan” tuturnya.

Lebih lanjut dikatakan Budi, HGU/Eks HGU Margawindu juga bukan menjadi penyebab banjir. Menurutnya, selain letaknya jauh, kerapatan vegetasi tanaman yang masih di dominasi oleh hutan dan kebun teh dinilai masih sangat bagus.

“Eks HGU akan kita lakukan kebijakan pertanahan. Semua akan di tata kembali untuk kepentingan Pemda Sumedang dan tentunya kita pasti memperhatikan warga yang sudah lama tinggal disana. Syaratnya tidak boleh dibangun masif, karena itu dihulu,” kata Budi.

Sementara itu, Bupati Sumedang H. Dony Ahmad Munir menyampaikan, berkaitan eks HGU di Margawindu, Pemda Sumedang bersama dengan pemerintah pusat akan menatanya dengan HPL serta melalui proses redistribusi lahan.

“Alas haknya akan kami dapatkan dulu, ada HPL dan redis lalu kami tata. Diatas memang sebagian eko wisata dan bangunan bangunan liar non permanen yang terbuat dari kayu,” ungkapnya.

Dikatakan bupati, kerapatan vegetasi di sungai Cihonje dan Margawindu berdasarkan citra satelit masih sangat bagus. Kedepannya, kata bupati, pihaknya akan tata supaya menyerap air.

“Saya bersyukur kehadiran pa Dirjen ini menjadi bagian solusi bersama dalam mengatasi persoalan lahan dan tata ruang di Margawindu. Konkrit komitmennya akan diberikan kejelasan terkait tanah eks perkebunan,” pungkasnya