SUMEDANG – Di balik kelezatannya yang melegenda, Tahu Sumedang menyimpan kisah unik yang tak banyak diketahui. Legenda Tahu Bungkeng bermula dari seorang pria bernama Ong Bungkeng, yang pada tahun 1917 berinovasi dengan membungkus tahu sutera dalam daun pisang dan digoreng. Kreasi sederhana ini melahirkan tekstur unik dan rasa gurih yang khas, menjadi cikal bakal Tahu Sumedang yang tersohor hingga saat ini.
Ong Bungkeng, yang merupakan keturunan imigran Tionghoa, memulai usahanya di Jalan 11 April, Kotakaler, Sumedang. Saat itu, tahu masih dibuat secara tradisional dengan menggiling kedelai menggunakan batu gilingan. Ong Bungkeng kemudian memodifikasi proses pembuatannya, menghasilkan tahu yang lebih lembut dan mudah diolah.
Inovasi Ong Bungkeng tak berhenti di situ. Ia membungkus tahu sutera dengan daun pisang sebelum digoreng. Daun pisang memberikan aroma khas dan membantu menjaga kelembutan tahu. Cara pengolahan ini pun menjadi ciri khas Tahu Bungkeng yang membedakannya dari tahu biasa.
Seiring waktu, popularitas Tahu Bungkeng semakin meningkat. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang unik menarik minat banyak orang. Usaha Ong Bungkeng pun berkembang pesat, menjadi salah satu pelopor industri Tahu Sumedang.
Kini, meskipun Ong Bungkeng telah tiada, warisan kulinernya tetap lestari. Keturunannya terus menjalankan usaha Tahu Bungkeng, menjaga resep dan teknik pembuatan tradisional. Di Sumedang, banyak toko tahu yang mengadopsi nama “Bungkeng” sebagai penghormatan kepada sang legenda.
Legenda Tahu Bungkeng tak hanya tentang kelezatan kuliner, tetapi juga tentang kegigihan dan inovasi. Ong Bungkeng, dengan kreasinya yang sederhana, telah mewariskan kekayaan budaya dan kuliner yang tak ternilai bagi Sumedang.
Bagi para pecinta kuliner, mencicipi Tahu Bungkeng di Sumedang adalah pengalaman yang tak boleh dilewatkan. Menikmati kelezatannya sambil mengenang kisah sang legenda, menjadikan momen menyantap hidangan ini semakin istimewa.