Soal RSUD Sumedang Akan Dinamai Umar Wirahadikusumah, DKS : Kenapa Tidak Tokoh Yang Berjasa Dibidang Kesehatan

Rumah Sakit Umar Wirahadikusumah Kabupaten Sumedang

Sumedang, 1 Juni 2024 – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang saat ini sedang dalam proses pengusulan dan pengkajian terkait namanya yang akan ditambahkan menjadi Rumah Sakit Umum Umar Wirahadikusumah.

Menurut Penjabat Sekretaris Daerah Kabupayen Sumedang, Hj. Tuti Ruswati, adanya kebijakan PJ Bupati Sumedang bahwa RSUD Sumedang belum memiliki nama, hanya nama Rumah Sakit Umum Daerah saja.

“Dengan kebijakan pak Pj Bupati Sumedang mengingat bahwa rumah sakit di Sumadang belum memiliki nama, maka dari itu, pak Bupati mengarahkan untuk memberi nama sesuai dengan kajian akademisi,” kata Tuti, melalui pesan VN, Sabtu (1/06/24).

Dengan arahan pemberian nama rumah sakit tersebut, lanjut Tuti, sesuai dengan kajian akademis serta dengan pertimbangan teknis dan kajian lainnya ada di pihak Direktur RSUD Sumedang.

“Pertimbangan teknis dan kajian lainnya itu ada di pihak Direktur RSUD Sumedang, dan nama yang di usulkan itu adalah Umar Wirahadikusumah. Hal ini akan diproses secara regulasi, baik itu SK Bupati dan sebagainya,” ungkapnya.

Hal tersebut, ditanggapi berbeda oleh Sekretaris Umum Dewan Kebudayaan Sumedang (DKS) Asep Anang Supriatna, bahwa dirinya juga menerima informasi bahwa RSUD Sumedang akan diberi nama RSUD Umar Wirahadikusumah Sumedang, pihaknya merasa kaget.

“Memang saya menerima informasi bahwa RSUD Sumedang diberi nama menjadi RSUD Umar Wirahadikusuma, tentu kami kaget. bagi DKS Sumedang ini penting, memberi nama Rumah Sakit juga hal penting, masalahnya bagi DKS mengapa namanya harus Umar?,” tanya Asep.

Asep Anang melanjutkan, usulan siapa?, prosesnya kapan?, dasarnya apa memberi nama tersebut? dan DKS sejauh ini tak pernah tahu adanya penamaan RSUD?.

“Mengapa tidak menamai RSUD Sumedang dengan tokoh-tokoh yang berjasa besar dalam dunia kesehatan?, setidaknya RSUD Sumedang juga punya sejarah panjang. jangan tiba tiba muncul asal nama. perlu kajian objektif tentunya dengan melibatkan banyak pihak,” tandasnya.

Dilansir dari Wikipedia bahwa sebelum tahun 1920, dr. Leimena pernah menjadi dokter di Sumedang bukan sebagai dokter pemerintah melainkan sebagai dokter zending yang tempatnya di Jalan Raya
(Sekarang Gudang Pupuk Pusri, Jalan Geusan Ulun Sumedang).

Kurang lebih antara tahun 1920-1930 dr.
Djoenjoenan bertugas di Sumedang, sekitar sebelum tahun 1932 di Sumedang ada garnisun tentara Hindia Belanda di mana terdapat seorang militer Belanda yang juga bertugas untuk mengurus kesehatan rakyat.

Untuk itu, maka di Kota Sumedang dibangun sebuah Rumah Sakit yang kemudian dikenal sebagai rumah sakit sederhana yang dicat hitam (hideung) sehingga rumah sakit ini kemudian dikenal dengan Rumah Sakit Hideung, yang bertempat di Ciuyah (sekarang
bernama Jalan Kartini).**