Sumedang, KORSUM – Pembudidayaan Magot atau Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly) dinilai menjadi solusi pengelolaan sampah menjadi produk yang ekonomis. Karena Lalat Tentara Hitam merupakan salah satu lalat monster pemakan sampah organik yang bisa menjadi pakan ternak.
Untuk itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) menyelenggarakan Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik dengan Model Biokonversi BSF yang diikuti oleh berbagai elemen mulai dari para pegiat lingkungan, Karang Taruna, Bumdes dan pengurus TPS 3 R, di Dusun Ciburial Desa Licin Kecamatan Cimalaka, Sabtu (21/11).
Bupati Sumedang, H. Dony Ahmad Munir mengatakan, pelatihan tersebut sebagai upaya mengolah sampah menjadi produk komersil.
Sehingga, cara seperti ini akan menggairahkan kembali warga Sumedang dalam pengelolaan sampah sejak dari rumahnya sehingga dapat bernilai ekonomis.
Oleh karena itu, masyakarat harus bisa memilah dan memilih mana sampah yang organik dan yang anorganik.
“Jadi nanti, sampah organik di rumah dikumpulkan, dan selanjutnya akan diolah untuk mengembangbiakkan Magot, sejenis lalat hitam. Karena Magot bisa menjadi pakan ternak dan akan sangat bermanfaat,” kata Dony saat membuka Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik dengan Model Biokonversi BSF.
Melalui pelatihan ini, sambung Dony, tentunya akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi warga, jika sampahnya dikelola dengan baik serta dikonversi untuk menghasilkan nilai ekonomis.
“Ini salah satu ikhtiar dari Pemda dalam mengelola sampah dengan baik. Terlebih dalam kebijakan strategi daerahnya harus mengurangi sampah sebanyak 25 persen,” ujarnya.
Dony berharap, semua peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengelola sampah organik dengan Biokonversi Magot tersebut.
“Pelatihan ini, menghadirkan Pakar di bidangnya. Saya berharap setelah mengikuti pelatihan, para peserta bisa mempraktikkan di tempatnya masing-masing,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Sumedang H. Erwan Setiawan selaku pemateri latihan mengatakan, dengan pengolahan sampah menjadi produk ekonomi tersebut, merupakan salah satu solusi terhadap lesunya kegiatan ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
“Program ini merupakan solusi kepada masyarakat. Pasalnya, selain mengurangi volume sampah, juga bisa memanfaatkan sampah tersebut menjadi Magot,” ucapnya.
Erwan menuturkan, kalau budidaya Magot sangat menjanjikan, karena kebutuhan pakan untuk peternakan dan perikanan di Sumedang cukup tinggi.
“Mudah-mudahan dengan budidaya magot ini, bisa mengatasi masalah kekurangan pakan ternak dan ikan, khususnya di Sumedang,” tuturnya.
Erwan juga menambahkan, terkait pengelolaan penanganan sampah di Kabupaten Sumedang, saat ini sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih baik.
“Alhamdulillah penanganannya sudah mulai baik. Untuk itu, kita juga akan support terus, dan setiap ada kegiatan dari DLHK saya selalu turun ke lapangan. Saya berharap untuk Program Kali Bersih atau Jumat bersih harus terus digalakan. Begitu juga peningkatan pemahaman arti penting menjaga lingkungan
kepada masyarakat terus dilakukan secara masif,” tandasnya.