Sumedang, 5 Mei 2024 – Sumedang terus bergerak maju dalam memerangi stunting. Berkat kolaborasi, mobilisasi, dan digitalisasi, prevalensi stunting di Sumedang mengalami penurunan drastis.
“Sumedang bebas stunting adalah target kami,” tegas Pj Bupati Sumedang Yudia Ramli. “Kami terus mengevaluasi dan meningkatkan upaya untuk mencapai target tersebut.”
Upaya keras ini menunjukkan hasil yang luar biasa. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dari Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes RI menunjukkan prevalensi stunting di Sumedang turun drastis dari 27,6% di tahun 2022 menjadi 14,4% di tahun 2023. Penurunan ini menandakan komitmen kuat Pemda Sumedang dalam memerangi stunting.
Strategi kunci Sumedang adalah kolaborasi, integrasi, dan inovasi. Program “Pasang Sangkur” dan KKN tematik GRMD dioptimalkan untuk memperkuat intervensi gizi spesifik dan sensitif. Pemanfaatan aplikasi Simpati dan Sinurmi pun terus dikembangkan untuk memantau dan mengevaluasi penanganan stunting pada keluarga berisiko.
Penurunan prevalensi stunting ini sejalan dengan data Bulan Penimbangan Balita. Data by name by address menunjukkan prevalensi stunting pada tahun 2023 turun menjadi 7,89% (5.791 anak) dari 8,27% (6.316 anak) di tahun 2022.
Meskipun telah menunjukkan kemajuan pesat, Sumedang tidak berpuas diri. Pemantauan melalui aplikasi Simpati menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam pemberian tambahan asupan gizi bagi balita gizi kurang. Untuk itu, Pemda Sumedang telah menganggarkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan yang cukup besar di tahun 2024 untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Sumedang menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain dalam memerangi stunting. Kolaborasi, mobilisasi, dan digitalisasi terbukti menjadi kunci untuk mencapai target penurunan stunting yang signifikan. Dengan komitmen dan kerja keras yang berkelanjutan, Sumedang semakin dekat dengan mimpinya: bebas stunting.