Budaya  

Menjelajahi Kekayaan Budaya Kabupaten Sumedang: Potret Unik yang Menginspirasi

tari Umbul
Pentas 500 penari Umbul di alun alun Sumedang

KORSUM.ID – Menurut Tylor (1971: 1), konsep kebudayaan merujuk pada entitas kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moralitas, hukum adat, serta beragam keterampilan dan kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai bagian dari masyarakatnya.

Sementara itu, dalam konteks potensi budaya, Yoeti (1982: 101) menyatakan bahwa potensi budaya mencakup semua ekspresi kreatif, nilai, dan ide manusia, termasuk adat istiadat, kerajinan tangan, seni, serta warisan sejarah seperti bangunan dan monumen.

Oleh karena itu, kekayaan budaya merupakan salah satu cara yang dapat menandai karakter keindonesiaan, yang tercermin dalam adat istiadat, kerajinan tangan, seni, serta peninggalan sejarah berupa bangunan dan monumen.

Namun, persoalan yang muncul adalah apa saja potensi budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Sumedang yang dapat dikembangkan.

Masyarakat Sumedang, sebagai masyarakat yang masih mempertahankan bahasa Sunda dengan baik, berpengaruh besar terhadap perkembangan corak budaya yang dominan di Kabupaten Sumedang. Corak budaya di Kabupaten Sumedang memiliki beberapa ekspresi kebudayaan yang khas, di antaranya: Ngalaksa, Hajat Lembur, Kuda Renggong, Tari Umbul, Wayang Golek, Angklung (Jengglung dan Buncis), Tarawangsa, Terbangan, Beluk, Celempung, dan Pencak Silat.

Ngalaksa merupakan sebuah upacara adat tradisional dalam pembuatan laksa, yang melibatkan 8 tahapan dan hasilnya dibagikan kepada seluruh warga yang hadir serta berkontribusi dalam penyediaan bahan laksa. Sementara Hajat Lembur merupakan sebuah tradisi untuk memohon keselamatan dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kabupaten Sumedang memiliki banyak potensi budaya dan keterampilan yang berpotensi untuk dikembangkan, terutama dalam bidang kebudayaan. Setelah diinventarisasi, potensi budaya ini dapat diklasifikasikan menjadi yang dapat dikembangkan, yang masih bertahan, dan yang terancam punah, bahkan yang sudah punah.