Sumedang, 23 Mei 2024 – Musibah gempa bumi yang mengguncang Sumedang beberapa waktu lalu semakin menambah beban bagi warga yang tinggal di rumah-rumah rapuh. Seperti yang dialami oleh Sujana (63) dan kakaknya, Yayah (65), yang tinggal di sebuah rumah reyot di Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara.
Rumah mereka yang sudah dibagi dua untuk ditinggali bersama, kini kondisinya semakin memprihatinkan. Janji bantuan renovasi rumah dari program Rutilahu yang telah dinanti selama dua tahun lebih, ternyata hanya isapan jempol belaka.
“Sudah dua tahun lebih petugas kelurahan datang dan menjanjikan bantuan Rutilahu, tapi nyatanya sampai sekarang tidak ada realisasi. Malah rumah kami semakin rusak karena gempa kemarin,” keluh Sujana dengan nada kecewa.
Harapan akan bantuan Rutilahu kini pupus sudah. Atap rumah yang sudah rapuh terpaksa diganjal kayu agar tidak ambruk. Saat musim hujan, bocor pun tak terelakkan.
“Setelah gempa, rumah saya hanya dapat bantuan 4 karung pasir dan setengah sak semen. Sementara rumah kakak saya tidak dapat bantuan sama sekali,” ungkap Sujana.
Kondisi rumah yang mengkhawatirkan ini diperparah dengan dinding yang retak-retak. Hanya atap rapuh yang masih menjadi penopang agar rumah tidak roboh.
“Saya hanya seorang calo penumpang angkot dengan penghasilan yang pas-pasan. Kakak saya seorang janda, dan anaknya yang tinggal bersamanya hanya seorang penjual balon gas mainan,” tutur Sujana dengan pilu.
Kisah Sujana dan Yayah ini menjadi potret buram penanganan pasca gempa di Sumedang. Rumah-rumah rapuh yang seharusnya menjadi prioritas bantuan, justru terabaikan. Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah setempat.