Tanjungmedar dan Cibugel, Jadi Penyumbang Angka Stunting Terbanyak di Sumedang

Sumedang, KORSUM – Angka Stunting di Kabupaten Sumedang, mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Dimana data yang tercatat oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) yang diperoleh melalui kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang merupakan salah satu kegiatan untuk memperoleh data Stunting, pada 2019 lalu diangka 8, 7 persen, dan pada tahun 2020 ini naik 3,38 persen menjadi 12,05 persen.

Adapun dari 26 Kecamatan di Kabupaten Sumedang, 2 Kecamatan menjadi penyumbang angka stunting terbesar, yaitu Kecamatan Cibugel 20,52 persen dan Tanjungmedar 20,45 persen, hasil BPB Bulan Agustus 2020 lalu.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dikes Sumedang, Nia Sukaeni mengatakan, salah satu faktor meningkatkannya angka stunting pada 2020 ini, yaitu adanya wabah pandemi Covid-19 dan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Sehingga berdampak kepada terhambatnya perekonomian masyarakat.

Sementara itu, upaya untuk percepatan pencegahan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif dilakukan secara konvergensi. Konvergensi percepatan pencegahan stunting sendiri yaitu, intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama mensasar kelompok sasaran prioritas yang tinggal di desa untuk mencegah stunting.

“Untuk memastikan konvergensi percepatan pencegahan stunting tercapai secara efektif dan efisien, perlu dilakukan 8 aksi konvergensi yaitu, Analisis situasi, penyusunan rencana kegiatan, rempug stunting, penetapan peraturan Bupati/walikota tentang pembedayaan masyarakat dan desa, pembinaan kader pembangunan manusia, sistem manajemen data, pengukuran dan publikasi stunting dan review kinerja tahunan,” ujarnya pada sejumlah wartawan saat Expose Data Stunting Kabupaten Sumedang, di Kantor Dinkes Sumedang, Senin (30/11).

Untuk itu, sambung Nia, Dinkes Sumedang memiliki tanggung jawab melakukan aksi ke-7 intervensi stunting terintegrasi yaitu pengukuran dan publikasi stunting, pengukuran dan publikasi data stunting merupakan kegiatan surveilans gizi untuk memperoleh dan menginformasikan data Stunting terkini pada skala Puskesmas, Kecamatan dan Desa.

“Secara proporsi besaran masalah gizi balita pada seluruh manifestasi di kabupaten Sumedang berada diambang batas masalah menurut WHO. Tetapi, jika dibandingkan berdasarkan hasil PBP tahun 2019 terjadi peningkatan persentase kasus underweight, wasting dan stunting,” ucapnya.

Nia menambahkan, berdasarkan batas masalah Berat badan kurang dan sangat kurang menurut umur (Underweight) lebih dari 10 persen terdapat Enam Kecamatan yang termasuk rawan gizi yaitu Kecamatan Jatinangor, Ganeas, Cibugel, Jatigede, Ujungjaya dan Surian.

Sedangkan batas masalah Berat badan kurang dan sangat kurang menurut tinggi badan (wasting) lebih dari 5 persen yaitu kecamatan Jatinangor, Cisitu, Ujungjaya, Tomo, Cibugel dan Surian memiliki kasus gizi kurang terlalu banyak.

Sementara berdasarkan batas masalah stunting lebih dari 20 persen Kecamatan Tanjungmedar dan Cibugel memiliki jumlah kasus balita stunting terlalu banyak.

“Memperhatikan seluruh data tersebut, maka rekomendasi untuk intervensi stunting pada tahun 2021 yaitu, Perluasan jangkauan implementasi strategi pelayanan gizi pada masa pandemic Covid-19 untuk mencegah unmet need layanan gizi terstandar. Selanjutnya, penguatan management data untuk surveilans gizi melalui implementasi aplikasi e-PPGBM di tingkat Desa, Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Dan peningkatan konvergensi program-program intervensi stunting lintas sektor di tingkatan Pemerintah terutama desa-desa lokus prioritas,” tandasnya.